LLDikti Wilayah III

LLDikti Wilayah III

Mimpi, Ambisi, dan Dedikasi: Rumus Prestasi Dua Guru Besar Prasmul

A group of men in graduation gowns holding papers

Description automatically generated

Dua sosok pengajar School of Business and Economics Prasetiya Mulya, Prof. Lukas Setia Atmaja, Ph.D. dan Prof. Ir. Eliot Simangunsong, M.M., Ph.D., resmi dikukuhkan menjadi Guru Besar Sekolah Bisnis dan Ekonomi Prasmul di Kampus BSD pada Selasa (5/3).

Acara dimulai dengan penyerahan surat dan pemasangan Professorial Cap oleh Prof. Djisman Simandjuntak selaku Rektor Universitas Prasetiya Mulya.

Pada upacara pengukuhan Guru Besar yang diadakan di Auditorium Harry-Jusuf tersebut, Prasmul turut mengundang keluarga dan rekan-rekan dari Prof. Lukas dan Prof. Eliot untuk merayakan pencapaian ini.

Cerita tentang mimpi dan abdi mereka di perjalanan menjadi guru besar yang telah dilalui, juga bidang yang menjadi passion para profesor tadi dibagi kepada seluruh hadirin.

A person in graduation cap and gown standing at podium

Description automatically generated

Prof. Lukas, yang bergerak di bidang Pasar Modal, mengungkap bahwa masa depan pasar modal di Indonesia memiliki potensi yang begitu besar. 

“Pasar modal harus disertai prinsip tata kelola yang baik, sehingga dapat dipercaya. Indeks literasi keuangan Indonesia 49% persen, masih jauh dari negara ASEAN 5 lainnya. Inklusi keuangan, malah tinggi di 85%. Namun kenyataannya, literasi keuangan relatif lambat,” jelas Prof. Lukas. 

Prof. Lukas juga menggagas sebuah program akselerasi literasi keuangan yang memanfaatkan populasi Indonesia yang tinggi.

“Satu keluarga, satu agent of change literasi keuangan. Ini bukan kampanye, ya,” ujar Prof. Lukas sambil tertawa. Dengan perkiraan 71 juta keluarga di Indonesia, penambahan sekitar 70 juta orang dan juga kalangan mahasiswa, yang bisa membawa perubahan dalam pengetahuan keuangan dan pasar modal diyakini dapat menjadi game changer.

Sebagai penutup pidatonya, Prof. Lukas mengutip salah seorang guru besar yang menjadi inspirator dan motivatornya dalam meraih titik puncak sebagai akademisi,

“Jadi guru besar itu jangan mengharapkan materi; Jadi guru besar itu seumur hidup.”

Sementara itu, Prof. Eliot yang merupakan ekspertis di bidang rantai pasok atau supply chain membuka pidatonya dengan permasalahan besar yang sempat mengguncang rantai pasok industri di bidang manapun: Pandemi Covid-19.

A person standing at a podium

Description automatically generated

Lockdown dan mobilisasi masyarakat telah mengganggu milyaran individu, tapi juga mendorong inovasi untuk memenuhi permintaan pelanggan di saat yang sama,” papar Prof. Eliot. 

Prof. Eliot juga menceritakan kasus nyata tentang bagaimana ketimpangan bisa terjadi di supply chain. Sebelum pandemi, industri semikonduktor mengalami lonjakan karena penggunaan smartphone, otomotif dan industri lainnya. Namun kemudian, banyak pabrik di Cina dan Taiwan terpaksa gulung tikar, sementara demand akan kebutuhan alat-alat elektronik malah naik karena semua orang ada di rumah.

“Ketidakpastian dalam rantai pasok yang memengaruhi daya saing perusahaan. Maka, diharapkan supply chain management menyusun strategi untuk memecahkan permasalahan ini hingga dapat lebih diprediksi.” simpulnya.

Motivator Prof. Eliot pun sama dekatnya dengan lingkungan akademisi. Jika Prof. Lukas menyebutkan salah satu profesor yang sempat mengajarnya, Prof. Eliot mengucapkan terima kasih kepada seluruh mahasiswa Prasmul di semua jenjang.. 

“Mereka ini berperan penting, sehingga saya semangat dan bahagia dalam menjalankan fungsi sebagai dosen.”

Core Support System: Family

Tentu saja, pencapaian Prof. Lukas dan Prof. Eliot tidak akan terwujud tanpa orang-orang tercinta yang mendukung mereka. Prasmul juga mengundang Andriwati (Ana) dan Kris Cahya Kurniawati (Kris) untuk membagikan kisah perjuangan para Profesor ini melalui sudut pandang mereka sebagai pendamping hidup.

Uniknya, Prof. Lukas dan Prof. Eliot sama-sama naik ke atas panggung bersama istri mereka sebagai simbol rasa syukur mereka telah memiliki seseorang untuk mendampingi mereka berjalan panjang di dunia akademi.

“Menjadi dosen membuat Pak Lukas tidak mudah merasa puas. Prof. Lukas sadar bahwa seorang dosen harus selalu belajar, dan belajar,” Ana berkisah. Tentunya sebelum resmi dikukuhkan menjadi Guru Besar, Prof. Lukas juga mengalami beberapa momen untuk merelakan kesempatan dan mengalami kegagalan.

Sama halnya seperti Prof. Eliot. Kris menceritakan selain mengalami momen-momen letting go, mimpi yang menjadi prestasi membanggakan ini butuh konsistensi dan perjuangan tanpa henti.
“Kalau suami saya sudah dapat ide, bisa tidak tidur 1-2 hari. Jadi saya kadang sediakan bergelas-gelas susu, seperti kata orang Barat supaya pintar,” kata Kris. Gestur kecil pun berarti. Sebab, menurut Kris, “Itu tugas saya untuk support suami, supaya bisa menjadi guru besar.”

Sumber: Humas Universitas Prasetiya Mulya

Share:

Kabar Terkini

Scroll to Top