LLDikti Wilayah III

LLDikti Wilayah III

Kampus STIE & STMIK Jayakarta dan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur Jalin Kerja Sama untuk Pendidikan Anak Pekerja Migran

Kampus STIE & STMIK Jayakarta melakukan kerja sama dengan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL), Malaysia, sebuah sekolah yang didirikan pemerintah Indonesia untuk anak-anak para pekerja migran Indonesia (PMI). Kerja sama itu salah satunya dalam bentuk pengiriman mahasiswa yang akan menjalani tugas akhirnya, yakni kuliah kerja nyata (KKN), untuk menjadi asisten guru yang mengajar anak pekerja migran.

“Kerja sama ini mencakup bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Untuk pengabdian masyarakat, kami akan mengirim mahasiswa KKN ke SIKL untuk membantu proses belajar-mengajar di sana. Karena kita tahu, berdasarkan data KBRI di Kuala Lumpur, ada 567 anak pekerja migran yang tengah menyelesaikan studinya di SIKL, mulai dari tingkat TK hingga SMA,” papar Wakil Ketua I Bidang Akademik STMIK Jayakarta, Ir. Ifan Junaedi, M.Kom.

Program pengabdian masyarakat itu, sambungnya, sebagai dukungan STIE & STMIK Jayakarta atas program pemerintah Kampus Mengajar yang digagas Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim.  

“Lewat Kampus Mengajar, mahasiswa bisa mengabdikan diri dengan membantu anak-anak pekerja migran mendapatkan hak pendidikan mereka,” ujar Ifan. 

Tak cuma menjadi asisten guru, sambung Ifan, mahasiswa yang KKN di SIKL juga bisa menjadi staf administrasi sekolah. Tugasnya  ialah membuat sekaligus mengolah data pokok pendidikan (Dapodik) yang mesti dibuat dan dilaporkan ke Kemendikbus tiap semester.

“Mahasiswa jurusan IT dapat mengaplikasikan ilmu mereka dengan menjadi staf administrasi sekolah supaya laporan, misalnya nilai siswa tiap semester, dapat masuk ke sistem Dapodik nasional,” ujarnya.  

Di kesempatan yang sama, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STMIK Jayakarta, Anton Zulkarnain Sianipar, M.Pd menambahkan, kerja sama kedua institusi itu juga mencakup penelitian dan pengabdian masyarakat untuk para dosen. 

“Kerja sama itu memberi ruang kepada dosen untuk meneliti, misalnya model pembelajaran apa yang cocok diterapkan di SIKL agar mudah diterapkan para guru dan mudah diterima siswa,” terangnya.

Untuk pengabdian masyarakat, lanjut Anton, para dosen juga bisa memberi pelatihan kepada para guru dan siswa sesuai dengan mata kuliah yang diajarkan.

“Kerja sama ini memberi kesempatan kepada dosen dan mahasiswa, mulai dari satu bulan atau paling lama enam bulan, untuk mengabdikan diri dengan terlibat langsung dalam aktivitas pendidikan anak pekerja migran di luar negeri,” tegas Anton.

Dalam sambutannya Friny Napasti, M.Pd selaku Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL), menyambut baik kemitraan yang terjalin antara SIKL dan STIE & STMIK Jayakarta tersebut.  Terlebih, kerja sana itu sesuai dengan arahan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim terkait program Merdeka Belajar. 

“Kami sangat mengapresiasi kemitraan ini, karena kami tentunya tak dapat bekerja sendiri dalam mewujudkan program Merdeka Belajar. Kami butuh dukungan banyak pihak untuk memenuhi hak pendidikan anak-anak Indonesia, termasuk anak-anak yang orang tuanya harus bekerja di luar negeri,”  terangnya.

Ia berharap, keterlibatan langsung para dosen dan mahasiswa STIE & STMIK Jayakarta di SIKL dapat menginspirasi para siswa untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. 

“Pendidikan mereka tak boleh berhenti di bangku SMA, mereka harus ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Dengan melihat kakak-kakak mereka yang sudah kuliah dan mengabdikan diri langsung ke masyarakat, hal itu bisa menginspirasi para siswa,” tutupnya.

Sumber: Humas STMIK Jayakarta

Share:

Kabar Terkini

Scroll to Top